The Incredible Lake Toba

DSC_0266 copy

Saya mencubit lengan saya berharap ini bukan mimpi. Auchhh… memang ini bukan mimpi. Saya sedang tidak membuka Ensiklopedia Indonesia yang beberapa halamannya memuat keindahan danau ini. Saya juga tidak membuka laptop saya dengan wallpaper download-an target destinasi saya selanjutnya. Dan yang pasti, saya sedang tidak berfantasi.

Saya merasakan kenyataan ini dengan semua indera saya!

DSC_0020 copy
Dengan berdiri berhimpit-himpitan di atas dek kapal Ajibata-Tomok, saya masih bisa melihat keangkuhan Toba. Masih tersisa kesombongan dari letusan Supervulcano Gunung Toba yang diperkirakan terjadi 74.000 tahun lalu. Letusan mahadahsyat itu membentuk kaldera dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang menjadi cikal bakal Danau Toba.

DSC_1009 copy

Pulau Samosir dari atas kapal

DSC_0019 copy

yang ini juga @_@

Perjalanan dimulai dari Medan ke Parapat yang menempuh 6 jam perjalanan dengan mobil pribadi. Kemudian dilanjutkan ke Pelabuhan Ajibata untuk menyeberang ke Pulau Samosir. Menurut saya, pelabuhan ini tidak layak untuk menjadi gerbang pariwisata untuk perjalanan ke Pulau Samosir. Jalannya masih berlubang dan warung makannya terlihat kumuh.

Setelah perjalanan dengan ferry selama kurang lebih 1,5 jam, kita sampai di Tomok. Penginapan kebanyakan berpusat di Tuktuk Siadong, jadi kita kesana dan mencari penginapan yang memiliki pemandangan yang bagus dan tak lupa harus tidak menguras kantong 😀 . Kita akhirnya memilih menginap di Carolina Cottage.

DSC_0029 copy

Foto andalan, memfoto kaki :3

DSC_0021 copy

bukti sudah kesini 🙂

Sore hari di Pulau Samosir, kita habiskan dengan bermain air di Pantai Pasir Putih Parbaba yang letaknya di ujung pulau ini. Kalau wilayah seperti di sekitar penginapan terlihat dalamnya dasar Danau Toba yang berbatu, di pantai ini terlihat landai dengan dasar pasir putih. Enaknya main-main disini adalah airnya yang tawar jadi serasa berenang di kolam renang outdoor. Namun tetap waspada dengan anjing liar yang berkeliaran meskipun mereka tidak mengganggu. Toilet juga tidak tersedia. Saya saja ganti outfit di teras rumah yang sekelilingnya saya tutupi dengan meja. Haha…

 Saya benar-benar tidak sabar dengan aktivitas besok yang akan kita lakukan.

Warung Bu Kris Mojokerto

By Pass Mojokerto akhir-akhir ini semakin ramai saja, bahkan macet setiap weekend. Padahal dulu kata orang-orang, ga ada yang mau lewat sana karena keangkerannya. Masih ingat kecelakaan bus Sumb*r Kenc*n* dan elf di tahun 2011? Dan sebenarnya masih banyak kecelakaan-kecelakaan lain yang tidak terekspos media. Bahkan rumornya, ada satu tempat yang sinyal operator pun tidak ada dan di tempat tersebut sering terlihat seseorang sedang menyeberang jalan secara tiba-tiba. hiiii…. Kok jadinya saya cerita horror ya -.-“

Kembali ke review makanan, salah satu tempat makan yang ramai di By Pass Mojokerto adalah Warung Bu Kris. Karena saya tipikal orang yang suka meramaikan suasana, saya jadi ikut-ikutan mencoba makanan disana. Kalau dari arah Surabaya, terletak di sebelah kiri jalan setelah SPBU By Pass. Tempat parkir kendaraan sangat luas jadi ga perlu takut ga dapat tempat parkir.

resto di mojokerto by pass copy

Karena akhir bulan dan sedang kere, saya memesan ayam bakar dan sayur asam. Untungnya saya memesan sayur asam, soalnya lalapannya hanya seiris mentimun. Untuk ayam bakarnya gak pedas dan rasanya kayak ayam coco.

Setelah saya googling tentang Warung Bu Kris, rupanya yang terkenal adalah penyet-annya. Pantas kok ayam bakar yang saya pesan rasanya biasa saja. Mungkin perlu kesini lagi untuk memesan bakwan penyetnya.

Mari makan….

Info

Alamat : JalanBy Pass Mojokerto

Penilaian (5.4/10)

Rasa             : 4/10

Tampilan         : 4/10

Harga            : 5/10

Pelayanan        : 8/10

Atmosphere      : 7/10

Melipir ke Waduk Bening

bening 1

Niat awal libur kali ini adalah tidur seharian di kos. Tapi habis sholat shubuh malah ga bisa tidur. Biasanya sih kalau libur, saya pulang ke rumah. Berhubung lagi tidak mood pulang, ya main-main aja di sekitaran Jombang.

Saya keluarkan motor kesayangan saya, si jupe, dan menuju ke Wonosalam. Tapi dipikir-dipikir bosan juga ke Wonosalam. Saat di Mojoagung, saya putar balik menuju Madiun sekalian  sarapan pecel Madiun.

Di daerah Saradan Madiun, saya melihat iring-iringan motor masuk ke gerbang Waduk Bening. Inilah repotnya jadi orang golongan darah B yang gampang penasaran, saya kok ikut-ikutan masuk juga. Hahaha. Rupanya rombongan motor tadi kesini untuk memancing walaupun airnya menyusut.

bening 2

air waduk yang menyusut

Waduk Bening Widas ini dibangun tahun 1976 dan diresmikan tahun 1981. Di waduk ini terdapat gardu pandang. Tujuan utama pembangunan waduk ini selain sebagai penyedia air irigasi dan PLTM, juga digunakan untuk objek wisata. Sayangnya sarana wisata di waduk ini menjadi terbengkalai. Alat-alat permainan di Playground banyak yang rusak. Tanaman-tanaman hias pun banyak yang kering.

bening 5

Dasar waduknya sampai kelihatan 😮

bening 4

The Dying Trees

bening 3

Sampan yang Terbengkalai

bening 7

Di atas dam

Matahari mulai meninggi. Saatnya pulang ke kos sebelum kulit menghitam. Saya baru sadar kalau saya belum sarapan. Akhirnya merapel makan pagi dan makan siang di Pecel Bu Djiah Jombang. Maklum anak kos. wkwkwk 😀

bening 6